Blusukan Sriwedari, Respati Dicurhati Soal Sertifikasi Tanah yang Bermasalah

KUNJUNGI WARGA SRIWEDARI : Respati berfoto dengan warga yanng dijumpainya saat blusukan ke Sriwedari.(Nana Riyadi/rumahjurnalis)

SOLO - Tetap turun menyapa masyarakat dan belanja masalah, Calon Wali Kota Solo Respati Ardi mengunjungi Kampung Teposanan, Sriwedari, Solo, Senin sore (16/9/2024).

“Saya Respati Ardi sebagai calon Wali Kota arahan dari Mas Gibran, saya di sini ingin meminta doa dan restu Bapak Ibu semua. Semoga saya bisa bermanfaat untuk warga dan masyarakat Kota Solo,” ucap Respati sembari menyalami satu per satu warga yang berebut ingin bersalaman dan meminta foto.

Di tengah-tengah warga yang berebut meminta foto, Respati bertemu dengan Hima (35) teman satu kelasnya saat duduk di bangku SMP. Respati yang sadar bertemu teman lamanya, sontak menyapa dan berbincang mengingat masa-masa SMP dahulu kala. Respati juga mengajak foto Hima untuk dijadikan kenang-kenangan. 

Sebelum memulai blusukan, Respati membagikan buku tulis dan susu kotak kepada anak-anak yang datang menyambutnya. Dia juga membawa beberapa hadiah untuk bermain kuis. Anak-anak tampak semangat mengikuti kuis dari Respati. 

BAGI BUKU TULIS DAN KUIS : Sebelum mulai berkeliling menyapa warga, Respati membagikan buku tulis dan bermain kuis dengan anak-anak.(Nana Riyadi/rumahjurnalis)

“Ngapunten nggih mas Respati, ini warga baru benerin saluran pembuangan, karena ada beberapa rumah warga yang kesumbat pasir,” ucap salah seorang warga yang sedang gotong royong. 

“Ini bongkarnya dari depan jalan tadi, Pak? Kalau hujan banjir mboten niki?” sahut Respati sembari duduk mengamati saluran got kecil itu. 

“Alhamdulillah tidak, Mas, cuma kendalanya salurannya kecil, jadi kalau kemasukan pasir sedikit langsung tersumbat. Sudah pernah diajukan ke kecamatan untuk diperbesar ukurannya tapi belum ada jawaban sampai sekarang,” salah seorang warga menjelaskan.

Belum selesai mengecek saluran pembuangan, Respati dihampiri oleh ketua RT setempat yang resah dikarenakan sertifikat tanahnya yang masih menjadi satu atas nama orang lain. 

“Tanah yang sudah berpuluh-puluh tahun kami tinggali ini masih menjadi satu nama di sertifikat. Dahulu simbah-simbah yang beli hanya modal percaya saja. Luasnya sekitar 3840 meter persegi. Dan kami kesulitan karena nama yang tertera di sertifikat itu sudah meninggal, keturunannya kami cari tahu tidak ketemu. Jadi ini seperti rumah RTLH pak. Bagaimana menurut pandangan Pak Respati sebagai Notaris PPAT?" ujar Hari Anwar (55 tahun).

Diketahui ada 150 kepala keluarga yang tanahnya bermasalah. Melihat kesulitan itu, Respati menanggapi dengan serius. Dia menegaskan akan membantu melalui prosedur yang ada dan dengan penyertaan bukti-bukti yang kuat. 

“MENYALA RESPATI!!” Seru Yunia (40) kepada Respati sambil membawa banner foto Respati - Astrid di ujung gang. Respati yang melihat itu langsung mengajak Yunia untuk berfoto bersama. 

Ketika hendak berjalan menuju mobil untuk agenda berikutnya, langkah Respati terhenti di rumah sederhana yang sedang memproduksi mie. Respati sontak melepas sepatunya dan masuk ke rumah tersebut, 

“Ini bikin mie untuk jualan ramen di depan gang. Warung kecil-kecilan saja,” jawab Wahyu. 

Respati mengapresiasi semangat wirausaha pemuda itu. Dia menceritakan bahwa dirinya juga seorang wirausaha yang awalnya kecil-kecilan hingga saat ini dikenal banyak orang dan masyarakat. (Nana Riyadi)