Solo Raya Saling Terkait dan Membutuhkan, Aglomerasi Jadi Solusi

BAHAS AGLOMERASI : Bappeda Surakarta menggelar FGD Peluang dan Tantangan Aglomerasi Soloraya, di Solia Zigna Hotel, Laweyan, Kamis (26/9/2024).(Nana Riyadi/rumahjurnalis)

SOLO - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Surakarta menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan tema Peluang dan Tantangan Aglomerasi Soloraya, di Solia Zigna Hotel, Laweyan, Solo, Kamis (26/9/2024).

FGD menghadirkan 3 nara sumber, yakni Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Solo Ferry Sephta Indrianto, Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekda Karanganyar Yopi Eko Jati Wibowo, dan Dosen Ekonomi UNS Malik Cahyadin. Acara dimoderatori Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul.

"Dengan kolaborasi akan terwujud daya saing regional itu kuncinya. Solo Raya ini saling terkait dan saling membutuhkan. Hanya dengan bekerja sama, kita bisa memastikan setiap wilayah mencapai potensi maksimalnya Solo Raya bisa berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang solid dan berdaya saing,” beber Ferry.

Ferry menyebut untuk menjawab tantangan target pertumbuhan ekonomi, aglomerasi adalah kunci.

"Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen kan tidak mudah. Aglomerasi adalah salah satu jawaban tantangan tersebut. Perlu kolaborasi, sinkronisasi membangun efektivitas secara daerah dan juga daya saing lokal. Saya kira aglomerasi solusinya," tegasnya. 

Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekda Karanganyar Yopi Eko Jati Wibowo menyampaikan Karanganyar memiliki sejumlah potensi untuk mendukung aglomerasi Solo Raya. Namun selama ini juga mempunyai kendala.

"Karanganyar juga mengalami tantangan tersebut. Mulai dari banyaknya sektor pertanian yang beralih fungsi. Sektor pariwisata kami juga ada persoalan terkait kemacetan, lama tinggal rendah, dan aksesibilitas. Juga masalah sampah dan infrastruktur,” ujarnya.

Yopi mengusulkan tiga opsi agar aglomerasi Solo  Raya bisa terlaksana.

"Yakni kolaborasi antar daerah, regulasi aglomerasi yang jelas, mengubah budaya lama birokrasi yang berbelit-belit hingga pola pikir masyarakat yang menghambat investasi," tegasnya.

Malik Cahyadin menyampaikan aspek demografi tingkat kepadatan penduduk Solo sudah 5,5 kali lebih tinggi dibandingkan dareah lain di Solo Raya sehingga butuh dukungan dari daerah lain. 

Sementara itu, Kepala Bappeda Surakarta Kentis Ratnawati menjelaskan tujuan FGD ini untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan aglomerasi Solo Raya.

"Merumuskan rekomendasi strategi sinkronisasi, mendorong kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan akademisi dalam mencapai tujuan aglomerasi Solo Raya," jelasnya. (Nana Riyadi)