Sekolah Alam Kampung Kalang, Oase Bermain dan Belajar

Ket:Sekolah Alam Kampung Kalang menawarkan konsep bermain dan belajar untuk anak (rumahjurnalis.com/raffi arkana)

RUMAH JURNALIS.COM - Di tengah gempuran arus modernisasi dan dominasi gadget di tangan anak-anak, sebuah oase sederhana hadir menawarkan angin segar. Namanya Sekolah Alam Kampung Kalang yang berada di Dukuh Pantirejo, Desa Tegaldowo, Kecamatan Gemolong, Sragen.

Bukan sekadar lembaga pendidikan, tempat ini adalah jawaban atas keresahan para orang tua dan sebuah ajakan kembali ke pelukan alam. Berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat kota Sragen, tempat ini membuktikan bahwa belajar paling menyenangkan terjadi di luar empat dinding kelas.

Melangkah masuk ke area Sekolah Alam Kampung Kalang, pengunjung akan disambut suasana pedesaan yang kental dan akrab. Lupakan mainan plastik mahal dan layar sentuh. Di sini, yang berkuasa adalah engklek, ayunan bambu, jungkat-jungkit dan perosotan yang semuanya dirangkai apik dari bahan alami. 

Berbagai mainan tradisional ini bukan hanya hiburan, tapi juga mentor bagi motorik anak, mendorong mereka untuk lebih aktif, berani, dan eksploratif. "Konsepnya memang menyediakan permainan tradisional dan mengenalkan kearifan lokal," jelas Putrinanda Aisya Noverinda Salsabila, Sekretaris Sekolah Alam Kampung Kalang. 

Pintu masuk sekolah alam kampung kalang (rumahjurnalis.com/raffi Arkana)

Menurut Salsa, tim pengelola juga mengajak merasakan nostalgia mendalam sebuah kerinduan akan era masa kecil yang mudah menyatu dengan alam. Dia menekankan sekolah Aalam ini berdiri dari sebuah keprihatinan mendalam. Yakni anak-anak masa kini semakin terkurung di dalam ruangan, jauh dari sentuhan bumi.

Melalui program seperti adventure dan agrikultur, anak-anak tidak hanya bermain, tetapi juga belajar keterampilan hidup, mulai dari mengolah hasil pangan hingga memahami proses kehidupan di alam.  "Kami mengajarkan pada anak bahwa bersentuhan dengan alam itu tidak kotor, tapi justru mendekatkan mereka dengan kreativitas," tutur Salsa.

Filosofi ini menjadi daya tarik utama. Di sini, tanah bukan masalah, tetapi sebagai media belajar. Sentuhan pada daun, tekstur bambu, dan bau tanah adalah kurikulum otentik yang tak akan ditemukan di buku mana pun.

Kepala Sekolah Sekolah Alam Kampung Kalang, Nanang Prasetyo menambahkan, tempat ini hadir untuk menawarkan alternatif. Pilihan untuk memberi kesempatan anak bermain selain di dalam ruangan atau main gadget. "Ini muncul dari keprihatinan anak banyak bermain gadget," katanya. 

Dia ingin membuktikan bahwa lahan yang tidak terlalu luas pun bisa dimaksimalkan untuk menanamkan nilai-nilai luhur. Meskipun berawal dari sekolah non formal, Kampung Kalang membuka pintunya lebar-lebar untuk masyarakat umum dan menjadi destinasi wisata keluarga yang hangat. 

"Siapapun, tidak terbatas hanya warga Gemolong, boleh hadir untuk menikmati waktu berkualitas bersama keluarga dan alam. Terbuka setiap hari dari pukul 7 pagi hingga 5 sore," ujar dia. 

Sementara Camat Gemolong, Nugroho Dwi Wibowo, memuji kreasi inovatif ini. Menurutnya, tempat ini tidak hanya mendekatkan anak ke alam, tetapi juga merupakan upaya nyata untuk uri-uri budaya atau melestarikan budaya lokal melalui permainan tradisional.

Sekolah Alam Kampung Kalang adalah lebih dari sekadar tempat bermain. Ini adalah gerakan, sebuah langkah kecil namun berarti, yang mengajak kita semua baik anak-anak maupun dewasa untuk sejenak melepaskan diri dari hiruk pikuk digital dan kembali menemukan kebahagiaan sejati dalam kesederhanaan dan pelukan alam. "Langkah kreatif dari warga gemolong, bisa dicontoh wilayah lain," ujarnya. (Raffi Arkana)