Pesta Kembang Api Imlek 2025 di Solo : 25 menit Nonstop, Pukau Ribuan Warga

RUMAHJURNALIS.COM - Ribuan warga tumplek blek memenuhi area Balai Kota Solo, Pasar Gede dan kawasan Ketandan pada Selasa (28/1/2025) malam menunggu pesta kembang api Tahun baru Imlek 2025/2576.
Sekitar pukul 24.00 WIB ribuan warga tersebut menyaksikan pesta kembang api yang berpendar di langit cerah Kota Solo.
Selama kurang lebih 25 menit warga dibuat terpukau dengan dentuman kembang api yang cahayanya berpendar indah di angkasa.
Halaman Balai Kota Solo juga dipadati oleh warga yang menyaksikan pertunjukan seni liong dan barongsai sembari menunggu pesta kembang api.
Di kawasan Tugu Jam Pasar Gede terdapat hiburan musik. Akses Jl. Jendral Sudirman, Jl. Urip Sumoharjo, Jl.RE Martadinata, Jl. Arifin dan Jl.Suryapranoto macet total.
Salah satu pengunjung, Owen dari Rangkas Bitung, Banten, mengaku sengaja berlibur ke Solo dan menyempatkan diri menikmati suasana pergantian tahun Imlek 2025. Owen menyebut, melihat tahun-tahun sebelumnya suasana Imlek di Solo berbeda dari kota-kota lainnya.
"Kalau memasang lampion dan pertunjukan barongsai di kota-kota lain biasa. Tapi kalau di Solo ini keren banget, setiap malam Imlek pasti ada kembang api untuk warga," jelasnya yang datang ke Solo dengan keluarganya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Bersama Imlek 2025 Kota Solo, Sumartono Hadinoto mengungkapkan, panitia memasang 5.000 lampion berwarna merah, hijau, kuning, dan biru menghiasi seputaran Pasar Gede hingga Jembatan Kali Pepe. Tidak hanya itu, desain baru 12 lampion shio, ditambah lampion dewa-dewi turut memperindah suasana kota. Sebuah lampion ular besar berwarna merah muda yang cantik juga dipasang di bundaran Gladak, sementara lampion ular khusus selfie tersedia di Plaza Balai Kota.
Sumartono menekankan bahwa perayaan ini mencerminkan kebhinnekaan yang luar biasa di Solo. Dukungan penuh dari Pemerintah Kota Surakarta dan masyarakat menjadikan perayaan Imlek tidak hanya ajang budaya, tetapi juga simbol persatuan.
“Melalui Imlek ini, kami ingin menunjukkan bagaimana perbedaan dapat menjadi kekuatan dalam membangun harmoni,” pungkasnya. (Nana Riyadi)
Editor : Yudhi Hartomo