Melawan Alergi Makanan Secara Alami

KANDUNGAN FLAVONOID : Buah stroberi memiliki kandungan senyawa flavonoid yang melimpah untuk melawan alergi makanan.(Foto : freepik)

RUMAHJURNALIS.COM – Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa kimia yang melimpah dalam buah-buahan, sayuran, dan produk tumbuhan dapat menekan respons imun yang memicu alergi makanan. Penemuan ini membuka jalan untuk pengembangan pengobatan alami bagi masalah alergi yang semakin meningkat di seluruh dunia.

Flavonoid, senyawa alami yang terdapat pada buah, sayur, dan tanaman, telah lama dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Sebelumnya, penelitian telah menunjukkan bahwa flavonoid dapat melindungi dari demensia, memiliki sifat anti-penuaan, dan membantu mengembangkan produk makanan ramah diabetes. Kini, manfaatnya meluas hingga ke pengobatan alergi makanan.

Peran Flavonoid dalam Menekan Alergi

Kondisi alergi seperti alergi makanan, hay fever, eksim, dan asma semakin sering terjadi. Salah satu mekanisme kunci yang terlibat dalam perkembangan alergi makanan terjadi di saluran pencernaan. Di sana terdapat sel dendritik (dendritic cells/DCs), jenis sel penyaji antigen yang memicu respons imun. Sel ini menghasilkan enzim retinaldehyde dehydrogenase 2 (RALDH2), yang mengubah retinal (turunan vitamin A) menjadi asam retinoat. Asam retinoat kemudian mendorong perkembangan sel T regulatori (T-reg), jenis sel imun yang menekan respons alergi tubuh.

Dalam penelitian terbaru, sekitar 40 jenis flavonoid diuji untuk mengetahui kemampuannya meningkatkan ekspresi dan efisiensi RALDH2 pada DCs. Dari semua flavonoid yang diuji, kaempferol menunjukkan hasil paling efektif, sehingga diteliti lebih lanjut.

Kaempferol banyak ditemukan dalam teh, kacang-kacangan, brokoli, apel, dan stroberi. Senyawa ini juga terdapat dalam herbal seperti aloe vera, ginkgo biloba, dan rosemary. Sebagai salah satu jenis flavonoid, kaempferol memiliki sifat anti-inflamasi dan telah dikaitkan dengan pengurangan risiko kanker, penyakit jantung, serta kerusakan akibat radikal bebas.

Dalam laboratorium, para peneliti mengamati bahwa DCs yang diberi kaempferol menghasilkan lebih banyak RALDH2. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa kaempferol bekerja dengan menargetkan reseptor aryl hydrocarbon (AhR). Dengan bertindak sebagai antagonis, kaempferol memblokir reseptor ini dan mempercepat perkembangan T-reg.

Pada uji coba hewan, para peneliti menginduksi alergi makanan pada tikus menggunakan protein ovalbumin (OVA) yang ditemukan dalam putih telur. Hasilnya, pemberian kaempferol meningkatkan jumlah T-reg dan secara signifikan menekan gejala fisik alergi, seperti penurunan suhu tubuh dan diare.

Prospek Jadi Obat Alergi

Para peneliti berencana melanjutkan penelitian ini untuk melihat apakah efek serupa dapat diterapkan pada sel manusia. Menurut mereka, efek anti-inflamasi dan penekan imun dari kaempferol menjadikannya kandidat yang menjanjikan untuk pengobatan alergi. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Allergy.

“Ketika dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari, flavonoid diharapkan dapat mengurangi alergi, peradangan, dan penyakit autoimun yang disebabkan atau diperburuk oleh respons imun berlebihan,” kata Profesor Chiharu Nishiyama dari Departemen Ilmu dan Teknologi Biologi, Universitas Sains Tokyo, sekaligus penulis utama studi ini. (Yudhi Hartomo/The New Atlas)