Langen Beksan Nemlikuran : 21 Tahun Rutin Pentaskan Seni Tari Klasik secara Gratis

CAKIL USIL : Penari Cakil sengaja menggoda seorang bocah saat sedang menarikan adegan laga dalam Tari Kusumayuda.(foto : Yudhi Hartomo/rumahjurnalis)

SOLO - Setiap tanggal 26 malam setiap bulan, Joglo Surya Hamijaya (Soerio Hamidjojo) di SMK Negeri 8 Solo selalu dipenuhi pengunjung. Pendapa terbuka itu menjadi panggung bersama bagi para murid SMKN 8, para seniman dan maestro tari hingga mahasiswa Institut Seni Tari Indonesia (ISI) Surakarta yang dikemas dalam acara Langen Beksan Nemlikuran.

Langen Beksan Nemlikuran didirikan sejak tahun 2003 oleh sejumlah seniman alumni Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (sekarang SMKN 8 Surakarta). Sejak pertama kali mementaskan karya tari tradisi, Langen Beksan Nemlikuran telah menggandeng banyak sanggar, komunitas, alumni hingga perguruan tinggi untuk mengisi ruang bersama. Hingga sekarang panggung yang diketuai oleh Dr. Daryono, S.Kar.,M.Hum. ini sudah 21 tahun konsisten menyajikan seni tari klasik yang melewati proses kurasi setiap bulan. 

ALUMNI SMKI : Meski sudah tak terbilang muda, para alumni SMKI tahun 1983 ini masih luwes dalam menari klasik.(Foto : Yudhi Hartomo/rumahujurnalis)
Pentas malem nemlikuran edisi bulan Juli 2024 diisi oleh para alumni SMKI tahun 1983. Mereka mementaskan 4 nomor tari klasik putra maupun putri yang telah dikurasi oleh Wahyu Santoso Prabowo, S.Kar., M.S. Dari keempatnya, Tari Kusumayuda malam itu menjadi penampilan yang paling atraktif karena aksi Cakil beberapa kali menyelipkan adegan jenaka. Para penonton yang sudah memenuhi joglo sejak sekitar pukul 19.30 WIB tak beranjak hingga tarian terakhir selesai dipentaskan menjelang jam 22.00 WIB.


MENGHIBUR : Sang Cakil menunjukkan keris yang bengkok kepada penonton setelah gagal dipakai untuk melukai Ksatria yang digodanya.(Foto : Yudhi Hartomo/rumahjurnalis)

Salah satu penonton, Aan Meira (25 tahun) warga Karangrejo, Ngringo, Karanganyar mengaku cukup sering menonton pertunjukan Langen Beksan Nemlikuran. Pemuda yang kesehariannya bekerja di perusahaan tekstil ini menuturkan dirinya memang tertarik seni tradisional Jawa sejak masih kecil.

"Iya, kalau nggak mbarengi (bersamaan) shift kerja ya saya biasanya nonton ke sini. Saya memang seneng karawitan, wayang dan seni tradisi lain sejak kecil. Dulu sering diajak simbah nonton wayang," ujarnya.

Sebagai sebuah pertunjukan seni tradisi yang digarap dengan serius, Langen Beksan Nemlikuran tak hanya menjadi media yang menghubungkan para siswa dengan alumni maupun para seniman besar di Solo, namun juga telah memberikan hiburan bermutu bagi masyarakat umum tanpa dipungut biaya sepeser pun. Cukup siapkan uang receh untuk parkir dan uang jajan secukupnya kalau ingin nonton. Ada penjual hik/wedangan, mie ayam dan bakso bakar  di sekitar joglo yang bisa jadi pilihan buat mengusir lapar dan haus tanpa harus melewatkan pertunjukan yang sedang berlangsung.(Yudhi Hartomo)