Kementerian P2MI Siapkan Solo Jadi Tempat Pelatihan Unggul Pekerja Migran Indonesia

Menteri P2MI tengah meninjau peserta pelatihan di BLK Solo, Senin (14/4/2025) (Rumahjurnalis/Nana Riyadi))

RUMAHJURNALIS.COM - Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) menjadikan Solo sebagai role model kerja sama perlindungan dan penyiapan pekerja migran yang terstruktur. Hal ini disampaikan Menteri P2MI Abdul Kadir Karding saat menghadiri penandatanganan MoU dan PKS dengan Universitas Sebelas Maret (UNS), Senin (14/4/2025). 

Menurut Abdul Kadir, Solo memiliki ekosistem pendukung yang baik, seperti Technopark dan Rumah Siap Kerja, serta pemda yang responsif. 

“Kita butuh sinergi dengan pemda dan kampus. Solo ini potensial jadi model karena sudah punya struktur dan visi jelas,” ujarnya. 

Kementerian P2MI tengah berupaya menyiapkan SDM unggul untuk mengisi permintaan 1,7 juta pekerjaan luar negeri. Namun, baru sekitar 297 ribu yang bisa dipenuhi. 

“Kalau skill-nya bagus, gajinya bagus, dan mereka bisa jadi expert. Ini yang ingin kita kejar dengan kerja sama ini,” kata Abdul Kadir. 

UNS berkomitmen membantu melalui tridharma perguruan tinggi. Rektor UNS, Prof. Dr. Hartono, menegaskan pentingnya riset dan pendidikan dalam mendukung kebijakan berbasis data. 

“Kami tidak hanya fokus pada pelatihan, tapi juga advokasi dan pemberdayaan PMI serta keluarganya,” katanya. 

Tiga perjanjian kerja sama turut diteken, meliputi pelatihan dan literasi, penyebaran informasi, hingga pembentukan BLU di BP2MI. Program studi seperti Manajemen, Hukum, dan Bahasa Terapan dilibatkan dalam implementasi kerja sama ini.
Abdul Kadir juga mengingatkan pentingnya legalitas kerja di luar negeri. Ia menyebut banyak pekerja ilegal yang berangkat tanpa perlindungan, rawan eksploitasi dan perdagangan orang (TPPO). 

“Kita harus belajar dari negara seperti Filipina yang manajemen migrannya sangat rapi. Indonesia juga bisa,” tegasnya. 

Ke depan, Solo akan dibentuk pos pelayanan khusus PMI, serta tim eksekusi lintas sektor agar kerja sama ini tak hanya jadi obor sesaat. 

“Ini harus jadi sistem jangka panjang. Saya tak mau hanya banyak diskusi, yang penting eksekusi,” tutup Abdul Kadir. (Nana Riyadi)