Juliyatmono : Pemimpin Muda Harus Menjemput Masalah

JANGAN DI BELAKANG MEJA : Politisi Senior Juliyatmono menyampaikan pesannya kepada para calon pemimpin muda agar aktif mencari akar masalah di tengah masyarakat.(Anwar Mustafa/rumahjurnalis)

KARANGANYAR - Wajah politik tanah air tak bisa disangkal mulai menampakkan warna baru pasca terjunnya Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Solo 2020 dan puncaknya dalam Pilpres 2024. Banyak wajah segar yang kemudian muncul di panggung politik. 

Persaingan pilkada serentak tahun ini dipastikan banyak diisi oleh kandidat-kandidat muda. Selain menjumpai spanduk-spanduk yang relatif "lebih segar" dipandang, masyarakat setidaknya punya harapan para calon pemimpin muda ini akan menerbitkan banyak perubahan yang baik. 

Politisi senior Partai Golkar Drs. H. Juliyatmono M.M memandang fenomena anak muda berpolitik ini sebagai sesuatu yang positif. Menurut mantan Bupati Karanganyar 2 periode ini, dinamika politik saat ini adalah eranya anak muda.

"Nampaknya semesta alam memang mendesain dan memformulasi anak-anak muda untuk tampil dengan sendirinya dalam dunia politik sekarang. Dan demokrasi itu terbuka bagi siapa saja untuk bisa memberikan kontribusinya bagi bangsa. Apalagi buat anak-anak muda," ujarnya saat ditemui rumahjurnalis di kediamannya, Rabu, 17 Juli 2024.

Juliyatmono menyatakan bahwa masyarakat saat ini juga butuh warna baru, butuh tokoh dan pemimpin-pemimpin yang muda untuk membuat perbedaan. 


CALON PEMIMPIN MUDA HARUS DITUMBUHKAN : Anak-anak muda harus diberi ruang untuk berkontribusi memajukan daerahnya.(Anwar Mustafa/rumahjurnalis)

"Anak-anak muda itu kan karakternya lebih longgar, tidak kaku, komunikasinya rileks dan enerjik. Mereka diharapkan tidak menjadi pemimpin model kuno yang menghabiskan waktu di belakang meja. Pemimpin muda harus ada di tengah-tengah masalah. Sehingga masyarakat tak perlu bingung mau menyampaikan dan mengadukan masalah. Justru pemimpinlah yang harus aktif menjemput masalah," tandasnya.


Partai Politik Harus Membuka Diri

Terkait belum meratanya keberadaan tokoh muda di setiap daerah, Juliyatmono menekankan bahwa harus ada ekosistem yang mendukung kemunculan calon pemimpin muda.

"Harus terus didorong dan diberi kepercayaan. Anak muda harus diberi ruang seluas-luasnya untuk mengabdikan kemampuannya. Seringkali mereka tidak dipercaya karena dianggap belum berpengalaman. Padahal justru anak-anak muda ini wawasannya bisa jauh lebih luas. Mereka adalah generasi yang lahir dan akrab dengan kemajuan teknologi informasi. Memanfaatkan internet untuk belajar banyak hal yang mungkin tidak terjangkau oleh generasi-generasi sebelumnya," jelasnya.

Saat ditanya pihak mana yang bisa mengambil peran terbesar dalam mengondisikan ekosistem tersebut, Juliyatmono lugas menjawab bahwa porsi besar ada di partai politik.

"Partai politik harus mau membuka diri. Karena bagaimanapun rotasi kepemimpinan dalam sistem demokasi kita tak bisa lepas dari parpol. Parpol harus mengubah paradigma yang mengesankan bahwa politik itu tak jauh dari masalah perebutan kekuasaan saja. Tidak hanya aktif mendekati masyarakat menjelang pemilu saja. Parpol harus melaksanakan tugasnya untuk melakukan pendidikan politik yang berkesinambungan," tutur tokoh yang dikenal dengan gaya bicara ceplas-ceplos ini.

"Pendidikan politik harus didorong untuk bergerak ke anak-anak muda. Agar apa? Agar anak-anak muda bisa mendapatkan pemahaman tentang kondisi dan berbagai problem bangsa. Nah, dari sini akan muncul empati terhadap penderitaan, empati terhadap kesulitan-kesulitan masyarakat yang akan menjadi energi pendorong bagi mereka agar terpanggil untuk tampil memberikan kontribusi terbaiknya sebagai pemimpin," imbuh dia.

Ia menekankan bahwa hal ini harus benar-benar diimplementasikan secara riil, bukan sekadar seremoni. Jika dilaksanakan dengan baik maka akan bisa diteladani dan menginspirasi banyak pihak, sehingga nantinya calon-calon pemimpin muda bisa muncul di setiap daerah.


Jika Itu Panggilan dan Ikhlas, Laksanakan!

Bagi para tokoh muda yang hendak berkompetisi dalam pemilihan pemimpin daerah Juliyatmono memberikan beberapa sarannya.

"Untuk terjun dalam kontestasi pemilihan pimpinan, tentu butuh kemauan yang kuat. Karena jadi kandidat itu harus mau bersusah-susah. Energi terkuras. Harus bisa mengendalikan emosi. Tapi jika itu memang panggilan hati dan ikhlas, laksanakan!" ucap tokoh politik yang jago orasi dan memengaruhi audience saat berpidato ini. 

"Karena kepemimpinan suatu daerah itu sifatnya estafet, maka yang diperlukan adalah kesinambungan. Apa yang sudah dibangun oleh pemimpin sebelumnya bisa semakin disempurnakan, dikembangkan, di samping mengusahakan terobosan-terobosan baru dalam pengembangannya. Dan tak kalah penting adalah merangkul banyak pihak agar siapapun bisa mengambil peran untuk berkontribusi memajukan daerahnya," ungkap dia. (Yudhi Hartomo)

Tags