Inovasi DESI SAJA Bangun Desa Tanggap Kesehatan Jiwa

Ket:Puskesmas Sumberlawang Sragen menggagas inovasi Desi Saja untuk tekan angka gangguan kesehatan jiwa (rumahjurnalis.com/istimewa)

RUMAHJURNALIS.COM - Meningkatnya kasus gangguan kesehatan jiwa dan masih kuatnya stigma sosial terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) diperlukan terobosan baru untuk mengatasi. Puskesmas Sumberlawang Kabupaten Sragen membuat terobosan baru dengan meluncurkan inovasi pelayanan publik berbasis komunitas bertajuk Desa Siaga Sehat Jiwa atau Desi Saja.

Program ini resmi diterapkan sejak 15 November 2024 lalu setelah sebelumnya melalui tahap uji coba pada 16 September 2024. Program Desi Saja menjawab tantangan nyata di lapangan yang selama ini terbatasnya akses layanan kesehatan jiwa, kurangnya tenaga kesehatan terlatih di bidang kejiwaan, serta minimnya literasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, tercatat sebanyak 1.748 ODGJ terlayani di 25 puskesmas, dengan 103 kasus ditangani oleh Puskesmas Sumberlawang tahun 2024. Selain itu, kasus bunuh diri di Sragen sepanjang 2023 tercatat sebanyak 15 kejadian, menjadi pengingat betapa seriusnya isu kesehatan jiwa di masyarakat.

Pendekatan komunitas, kaderisasi, dan aksi nyata Desi Saja mengusung pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat secara aktif. Melalui pelatihan dan pemberdayaan, program ini membentuk Kader Trendi Jiwa (Kader Terampil Deteksi Dini Jiwa) yang memiliki keterampilan melakukan skrining, pendampingan, hingga rujukan. 

Program ini juga melibatkan tokoh masyarakat untuk menjadi agen perubahan dalam edukasi dan deteksi dini gangguan jiwa. Beberapa inovasi utama dalam program Desi Saja meliputi Poskeswa (Posyandu Kesehatan Jiwa), Sepi Sejiwa (Skrining dan Penapisan Kesehatan Jiwa), Kopi Sejiwa (Konseling dan Psikoterapi Kesehatan Jiwa). 

Ketiga layanan tersebut dirancang untuk memberikan deteksi dini, dukungan psikososial, hingga terapi konseling secara langsung di desa, sehingga masyarakat tidak perlu pergi jauhbke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

Dalam waktu singkat, dampak program ini mulai terlihat signifikan. Dari September hingga November 2024, terjadi lonjakan pada berbagai indikator pelayanan kesehatan jiwa, jumlah skrining jiwa (Sepi Sejiwa) meningkat dari 116 menjadi 750 orang, Kader Trendi Jiwa bertambah dari 12 menjadi 28 orang. Serta kehadiran Posyandu Jiwa meningkat dari 15 menjadi 42 peserta. Peserta konseling Kopi Sejiwa naik juga dari 15 menjadi 42 orang.

Capaian ini tidak lepas dari dukungan lintas sektor, termasuk peran aktif pemerintah desa dan kontribusi pihak swasta yang menyumbang sarana dan makanan tambahan untuk peserta.

Dengan berlandaskan pada UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa serta Perda Sragen No. 7 Tahun 2021 tentang Sistem Kesehatan Daerah, Desi Saja menjadi model pelayanan kesehatan jiwa yang humanis, terintegrasi, dan responsif. Program ini juga menjadi jawaban atas kebutuhan deteksi dini dan penanganan gangguan jiwa secara bermartabat.

“Kesehatan jiwa bukan hanya tanggung jawab rumah sakit. Harus dimulai dari desa, dari masyarakat itu sendiri," ujar dr. Rita Ernawati selaku tenaga Community Mental Health Nursing, Puskesmas Sumberlawang. 

Menurut dr Rita, inovasi Desi Saja diharapkan tidak hanya menurunkan angka ODGJ, tapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap gangguan jiwa, membangun solidaritas, dan menciptakan desa yang sehat secara mental maupun sosial. 

Dengan pendekatan kolaboratif, edukatif, dan berbasis empati, Desa Siaga Sehat Jiwa siap menjadi role model pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas yang bisa direplikasi di desa-desa lain. (Raffi Arkana)

Tags