Hipnotis Tarian Tangan Ima New Sahara
KARANGANYAR - Saat kedua tangan Ima menari santai, penonton mungkin baru mengangguk-anggukan kepala menikmati iramanya. Tapi begitu speed dan power ditambah, ritme tangannya menari semakin cepat dan menghentak, penonton dijamin kesulitan menahan diri untuk tidak ikut berjoget dan bergoyang.
Tarian gadis berhijab ini bukan melenggak-lenggokkan tubuhnya. Ia hanya perlu duduk di kursi plastik. Panggung buat tarian Ima adalah seperangkat ketipung plus kendang elektrik Yamaha DTX Multi 12 yang terpasang di hadapannya.
Ima adalah salah satu pemusik anggota grup New Sahara. Setiap kali manggung, aksi Ima sering menyedot perhatian. Selain karena menjadi satu-satunya perempuan di antara semua pemain musik New Sahara, kelincahan permainan ketipungnya banyak memikat penonton.
Saat berpasangan dengan satu electone, Ima mengikuti alunan musik sambil menguatkan temponya. Namun begitu pentas dengan dua electone, hentakan ketipung Ima menahkodai tempo musik yang dimainkan.
"Kalau main komplitan, kita (pemain ketipung) yang jadi sopirnya,"ucap anak pertama dari dua bersaudara ini.
Memainkan "tak" dan "dut" untuk memimpin tempo musik yang asyik untuk dinikmati bukan perkara mudah. Ima mengaku memelajarinya secara otodidak sejak masih kecil. Saat ditanya alasannya menyukai ketipung, perempuan 20 tahun ini malah mengaku tak tahu.
"Apa ya...ya seneng aja trus nyoba dipraktikkan mainnya. Dari denger-denger aja,"ujarnya kepada rumahjurnalis.
Keluarga Ima bukan kalangan yang berkecimpung di dunia seni. Ayahnya bekerja sebagai buruh sementara sang ibu mengurus toko kelontong di rumah. Meski begitu, melihat bakat putrinya memainkan alat musik, orang tua Ima tak ragu memberikan dukungan. Salah satunya dengan membelikan seperangkat ketipung untuk berlatih di rumah.
"Orang tua juga selalu mengantar saya kalau pas ada tanggapan. Dulu memang belum berani sendiri, kalau sekarang sudah berani berangkat sendiri, ya nggak dianter lagi," tuturnya. Grup musik yang menjadi tempatnya bekerja, New Sahara, menurutnya sudah seperti keluarga sendiri. Orang tuanya pun sudah menaruh kepercayaan kepada manajemen dan para personel grup musik yang berasal dari Jatisari, Sedayu, Jumantono, Karanganyar ini.
Pemilik akun tiktok @saya1ma_ ini mulai ikut manggung sejak umur 17 tahun. Sebelum "pede" ikut naik panggung, Ima memulainya dengan bermain di hadapan para penikmat kuliner.
"Dulu waktu masih sekolah, saya mainnya mengisi live music di wedangan-wedangan atau kafe gitu," kata dia. Setelah jam terbangnya lumayan banyak, Ima pun mulai berani ikut manggung dan bergabung dengan New Sahara.
Jika musim ramai tanggapan, dalam satu bulan New Sahara bisa pentas hingga 20 kali. Menurut Ima, momen 17an, pernikahan, lebaran dan tahun baru adalah masa-masa panen buat grup musik. Ia sering ikut melanglang hingga Semarang, Blora, Pati, Wonogiri, Klaten dan Sragen.
Di luar momen-momen tersebut, jika waktunya tidak bersamaan dengan agenda New Sahara, Ima juga menerima job secara freelance. Untuk satu kali tanggapan freelance, honor yang diterimanya sekitar Rp 200.000 - 250.000.
"Buat jajan yang pasti ada, buat ditabung juga. Yaa, buat kebutuhan lah," jawabnya saat ditanya terkait uang honornya. Perempuan berparas manis yang mengaku sering digoda penonton saat tampil di panggung ini menuturkan ia punya mimpi bisa memiliki usaha sendiri di masa depan. Bidangnya tidak harus dunia musik atau seni saja, yang penting usaha milik sendiri.
"Kalau sekarang ya takjalani dulu lah di bidang ini,"ucap warga Sroyo, Jaten, Karanganyar ini.(Yudhi Hartomo)