GPS Bakteri ini Bisa Melacak Seseorang dengan Akurasi Tinggi

NAVIGASI BERBASIS BAKTERI : Menggunakan lokasi khas sample bakteri, sistem AI bisa melacak titik lokasi yang pernah dikunjungi seseorang.(Foto : DALL-E)

RUMAHJURNALIS.COM – Tim peneliti dari Universitas Lund telah mengembangkan sebuah alat berbasis kecerdasan buatan (AI) yang berfungsi seperti sistem navigasi satelit. Namun, alih-alih memandu seseorang ke suatu tempat, alat ini menggunakan mikroorganisme untuk melacak lokasi terakhir yang dikunjungi seseorang. Terobosan ini memungkinkan pelacakan seseorang dengan akurasi tinggi hanya melalui sampel bakteri yang dibawa dari lingkungan tempat mereka berada.

Seperti halnya bukti forensik lain seperti rambut, serat, atau tanah, mikroorganisme juga dapat menghubungkan seseorang dengan lokasi tertentu. Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak tempat memiliki populasi bakteri unik yang dapat menempel pada tubuh saat seseorang berpindah lokasi, mirip dengan ‘sidik jari’ mikroba. Dengan memanfaatkan teknologi ini, alat yang dinamakan Microbiome Geographic Population Structure (mGPS) ini dapat mengidentifikasi lokasi geografis asal mikroorganisme.

Teknologi AI untuk Pelacakan

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Genome Biology and Evolution, tim peneliti melatih model AI untuk menganalisis pola unik dalam komunitas mikroba dari berbagai lingkungan, seperti lingkungan perkotaan, tanah, dan ekosistem laut. Alat ini mampu mengidentifikasi lokasi asal mikroba hingga tingkat kota dan bahkan stasiun kereta bawah tanah di beberapa kasus.

Sebagai contoh, penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa alat mGPS mampu melacak dengan akurasi 82 persen dari stasiun kereta bawah tanah tertentu di Hongkong dan membedakan antara mikrobioma yang ditemukan di kios dan di pegangan tangan di New York dengan perbedaan hanya satu meter.

“Berbeda dengan DNA manusia yang stabil, mikrobioma manusia selalu berubah sesuai dengan lingkungan yang mereka singgahi. Dengan menelusuri mikroorganisme yang pernah bersentuhan dengan lingkungan tertentu, kami bisa memahami penyebaran penyakit, sumber infeksi, hingga menemukan tanda-tanda perlawanan terhadap antibiotik,” ujar Eran Elhaik, pemimpin studi sekaligus peneliti biologi di Universitas Lund.

Aplikasi Forensik dan Medis

Terobosan ini tidak hanya berpotensi besar dalam forensik, tetapi juga dalam bidang epidemiologi dan medis. mGPS memungkinkan penelusuran jalur penyebaran mikroorganisme dan dapat membantu dalam penanganan penyakit menular serta resistansi mikroba. Di masa depan, alat ini juga berpotensi digunakan untuk memetakan mikrobioma di berbagai kota untuk mendukung investigasi forensik.

Penemuan ini dimungkinkan berkat volume besar data mikrobioma yang dikumpulkan dari berbagai lingkungan, termasuk 4.135 sampel dari sistem transportasi umum di 53 kota, 237 sampel tanah dari 18 negara, dan 131 sampel laut dari sembilan wilayah perairan. Tim peneliti berhasil menentukan asal kota dari 92 persen sampel perkotaan.

Elhaik optimis bahwa penelitian ini merupakan langkah awal dari era baru dalam forensik. “Kami baru mulai memahami hubungan antara mikroorganisme dan lingkungan. Rencana selanjutnya adalah memetakan mikrobioma kota secara menyeluruh, yang bisa menjadi terobosan besar dalam penyelidikan forensik dan memberikan kita wawasan lebih dalam tentang organisme yang hidup di sekitar kita,” jelasnya.

Sistem navigasi berbasis mikroorganisme ini diperkirakan akan mengubah banyak aspek dalam investigasi forensik, membuka peluang baru dalam pelacakan pergerakan manusia, serta pengelolaan dan pencegahan penyakit menular. (Yudhi Hartomo/Lund University)

Tags