Gerakan Sukowati Mengajar, 50 Relawan Siap Mengabdi di Wilayah 3T Sragen

Para relawan Gerakan Sukowati Mengajar bersama Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati (rumahjurnalis.com/raffi arkana)

RUMAHJURNALIS.COM - Sebanyak 50 relawan Gerakan Sukowati Mengajar siap mengabdi dan berbagi ilmu untuk siswa-siswi tingkat Sekolah Dasar (SD) wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Kabupaten Sragen. Para relawan yang terdiri atas pemuda-pemudi tingkat SMA/sederajat hingga perguruan tinggi ini siap mengabdi selama empat bulan mendatang.

Mereka telah melalui serangkaian tahap mulai dari launching, sosialisasi, pendaftaran, hingga seleksi. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Sragen, Zulfikar Mahmud Syah Al Jayati saat Talk Show 96th Sumpah Pemuda dan Pembekalan Volunteer Gerakan Sukowati Mengajar di Pendapa Sumonegaran, Rumdin Bupati Sragen, Kamis (07/11) mengatakan, sejak tahun 2014 KNPI Sragen telah melahirkan 700 startup melalui program sekolah bisnis. 

Hal Inilah yang kemudian mendorong KNPI menggagas gerakan mengabdi untuk menginspirasi lewat Gerakan Sukowati Mengajar. "Nantinya para relawan ini akan diterjunkan mengajar di berbagai SD di wilayah Kabupaten Sragen," jelasnya.

Ketua Pelaksana Gerakan Sukowati Mengajar, Febi Eko Cahyono menambahkan, guna mempertahankan eksistensi dan konsistensi gerakan ini, pada April 2025 mendatang akan diselenggarakan perlombaan Sukowati Berprestasi. Di ajang ini, siswa-siswi dari daerah 3T akan berkompetisi dengan siswa-siswi dari perkotaan sebagai bentuk evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang diberikan oleh para volunteer.

“Kegiatan nantinya akan ditutup dengan Malam Gebyar Puncak Sukowati Mengajar yang digelar bersamaan dengan acara PINDIK oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen,” jelasnya.

Pada acara tersebut hadir pula Ketua DPD KNPI Provinsi Jawa Tengah, Casytha Arriwi Kathmandu yang memberikan materi tentang motto KNPI 'Pemuda Bersama, Berkarya, dan Berdaya. Casytha menyampaikan, data statistik tahun 2022 hanya sekitar 12 juta rakyat Indonesia yang berpendidikan terakhir S1, sementara 64 juta jiwa tidak tamat SD dan 54 juta tidak tamat SMA.

Ia menekankan bahwa permasalahan tidak hanya pada ekonomi, tetapi juga pada pola pikir keluarga yang menganggap pendidikan tidak penting. “Tugas kalian adalah turun ke masyarakat untuk memberikan kesadaran bahwa pendidikan itu dampaknya tidak langsung, membutuhkan waktu tunggu untuk memetik hasil dari pendidikan tersebut. Pendidikan adalah investasi masa depan,” pesannya.

Casytha juga menambahkan bahwa semangat menimba ilmu sangat diperlukan anak-anak Indonesia saat ini. Ia berharap motivasi untuk melanjutkan pendidikan dapat ditularkan oleh para relawan, dengan menunjukkan betapa berharganya ilmu pengetahuan. “Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan pendidikan dengan memberikan beasiswa bagi siswa-siswi di tingkat SD hingga SMA melalui PIP. Setelah itu, mereka bisa melanjutkan ke jenjang kuliah dengan beasiswa KIP-K,” katanya. (Raffi Arkana)