Fokus Turunkan Angka Kematian Anak, Program Vaksinasi GAVI di Indonesia Berlanjut

VAKSINASI ANAK : Kemenkes RI melanjutkan kemitraan dengan GAVI dalam mendukung program imunisasi di Indonesia.(Ilustrasi: AI Generated)

RUMAHJURNALIS.COM - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingnya keberlanjutan kemitraan dengan Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) dalam mendukung program imunisasi di Indonesia. Hal ini disampaikannya dalam GAVI Board Meeting di Bali, Rabu (4/12/2024).

“Dengan jumlah penduduk mencapai 270 juta jiwa, tantangan dalam mengelola kesehatan masyarakat sangat besar,” ujar Menkes Budi.

Setiap tahun, pemerintah Indonesia memvaksinasi sekitar 18 juta orang dengan jumlah antigen yang kini mencapai 14 jenis. Program ini memerlukan distribusi jutaan dosis vaksin ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil.

“Berkat program vaksinasi ini, angka kematian anak menurun secara signifikan, meski saya masih berharap hasilnya bisa lebih baik lagi,” ucapnya.

Menkes Budi juga menyoroti dampak positif dukungan GAVI sejak tahun 2002, yang membantu Indonesia mencapai pengurangan angka kematian anak. Dengan bantuan GAVI tersebut, pemerintah Indonesia secara signifikan dapat meningkatkan jumlah antigen.

Menkes Budi mengungkapkan pemerintah sebelumnya telah mewariskan 10.000 fasilitas kesehatan primer yang tersebar di seluruh Indonesia, dari 34 provinsi, dan 500 kabupaten/kota.

Sebelumnya, Indonesia masih kekurangan sejumlah antigen, namun pada 2023 Indonesia berhasil mendapatkan akses vaksin HPV, PCV, dan Rotavirus.

SOROTI PENTINGNYA AKSES DAN PASOKAN VAKSIN : Menkes Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan penjelasan di acara GAVI Board Meeting di Bali, Rabu (4/12/2024).(FOTO : Biro Komunikasi Kemenkes RI)


“Berkat GAVI, kami mendapatkan akses ke vaksin ini (HPV, PCV, dan Rotavirus). Kadang-kadang bukan hanya pendanaan yang kami butuhkan, tetapi juga akses,” katanya.

“Bahkan saat pandemi, saya menyadari pentingnya peran GAVI dalam menyediakan vaksin. Ini adalah pelajaran berharga bagi kami,” tambah Menkes Budi.

Ia berharap, inisiatif ini dapat memperkuat kemitraan global dalam mendukung kesehatan masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.

“Kami ingin memastikan tidak ada anak yang terlewat dalam mendapatkan akses vaksinasi,” ungkap Menkes Budi.

Dorong Penambahan Produsen Vaksin Dalam Negeri 

Menkes Budi juga mengungkapkan pelajaran penting lain yang didapat selama pandemi COVID-19, yaitu tidak boleh bergantung hanya pada satu produsen vaksin.

“Sebelumnya, Indonesia hanya memiliki satu produsen vaksin, yaitu Biofarma, namun dalam dua tahun terakhir, jumlah produsen vaksin di Indonesia telah meningkat menjadi tiga, dengan dua di antaranya berasal dari sektor swasta,” ujar Menkes Budi.

Selain itu, Indonesia juga berencana menambah satu lagi produsen vaksin dalam waktu dekat, sehingga total menjadi empat perusahaan. Dalam upayanya meningkatkan produksi vaksin, Indonesia juga melakukan transfer teknologi dari produsen vaksin global.

Salah satu contoh terbaru adalah kerja sama antara Merck Sharp Dohme (MSD) dan Biofarma untuk produksi vaksin HPV. Selain itu, Biofarma saat ini memproduksi vaksin polio yang didistribusikan ke 150 negara melalui program UNICEF.

“Kami juga mendorong Biofarma untuk segera mendapatkan sertifikasi WHO PQ (Prequalification), meskipun prosesnya panjang dan birokratis. Namun, dengan masukan kami, WHO mulai menyederhanakan proses tersebut. Hal ini penting untuk memastikan pasokan vaksin yang cukup di dunia demi mencegah bahaya pandemi berikutnya,” jelasnya.

Transfer Teknologi Global

Menkes Budi menambahkan, Indonesia juga berperan dalam mendukung transfer teknologi ke negara-negara berkembang. Salah satu contohnya adalah kerja sama Biofarma dengan Senegal untuk pengembangan kapasitas produksi vaksin di Afrika.

“Saya percaya kapasitas produksi vaksin tidak boleh terkonsentrasi hanya di negara-negara utara. Teknologi harus didistribusikan ke negara-negara selatan agar lebih banyak nyawa dapat diselamatkan. Pengetahuan ini harus dibagikan sebanyak mungkin kepada perusahaan lain,” tegas Menkes Budi.

Langkah ini, menurutnya, menjadi bagian dari komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama global dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan.

Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) adalah aliansi global yang bertujuan meningkatkan akses vaksin di negara-negara berkembang, terutama untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah. GAVI mendukung pengadaan vaksin dengan harga terjangkau, memperkuat sistem imunisasi, dan menyediakan bantuan teknis serta pendanaan bagi negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Selain itu, GAVI berkolaborasi dengan berbagai mitra global untuk memperluas cakupan imunisasi secara berkelanjutan dan inovatif, guna mengurangi angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin. (Yudhi Hartomo/Biro Komunikasi Kemenkes RI)