Eugene Museum Bali: Eksplorasi Seni dan Alam dengan Karya Seniman Kontemporer Jepang
RUMAHJURNALIS.COM - Eugene Museum Bali, yang dijadwalkan dibuka pada tahun 2026, merupakan museum permanen yang terletak di kawasan eksotis Bali, hanya sepuluh menit dari Pura Tanah Lot, salah satu situs budaya paling terkenal di Indonesia. Museum ini menjadi saksi kolaborasi antara seniman kontemporer asal Jepang, Eugene Kangawa, dengan arsitek Indonesia ternama, Andra Matin. Berlokasi di tengah pemandangan alam yang subur dan dekat dengan lautan, museum ini menjanjikan sebuah pengalaman artistik yang menyatu secara harmonis dengan alam dan budaya lokal.
Asal-Usul Eugene Museum Bali
Gagasan pendirian Eugene Museum in Bali muncul setelah kesuksesan pameran tunggal Eugene Kangawa, “New Sea: After the Rainbow” di Museum Seni Kontemporer Tokyo pada tahun 2021-2022. Pameran tersebut, meskipun diadakan di masa pandemi COVID-19, menarik perhatian besar dengan antrean panjang setiap harinya. Keberhasilan pameran ini membangkitkan dukungan luas dari komunitas global, termasuk di Indonesia, yang mendorong lahirnya ide untuk menciptakan museum permanen yang didedikasikan bagi karya-karya Eugene di Bali.
Museum ini tidak hanya menjadi galeri untuk menampilkan karya Eugene, tetapi juga diharapkan menjadi pusat bagi dialog antara seni kontemporer dan budaya Bali, mengundang pengunjung dari seluruh dunia untuk terhubung melalui seni dan alam.
Konsep Arsitektur dan Desain oleh Andra Matin
Eugene Museum Bali dirancang oleh arsitek kenamaan Indonesia, Andra Matin, yang terkenal dengan pendekatannya yang menghormati alam dan budaya setempat. Museum seluas 5.000 meter persegi ini dibangun di atas lahan seluas 1 hektar dan dirancang untuk menyatu dengan lingkungan alam sekitarnya. Andra Matin memanfaatkan material lokal dan teknik tradisional Bali dalam desainnya, dengan tujuan menciptakan ruang yang tidak hanya memamerkan karya seni, tetapi juga menghubungkan pengunjung dengan keindahan alam dan kearifan lokal.
Dalam wawancara terbarunya, Andra Matin mengungkapkan bahwa ia mengadopsi konsep hunian tradisional Bali, Natah, sebagai inspirasi dalam merancang museum ini. Natah adalah sistem tata ruang yang menciptakan area bersama untuk membangun komunitas dan relasi antar individu, di mana dalam konteks museum ini, Natah akan menjadi ruang kolaboratif antara arsitektur, seni, dan pengunjung.
Ruang-ruang dalam museum dirancang untuk membaur dengan alam, menghindari gangguan terhadap pepohonan dan lanskap yang sudah ada. Hal ini selaras dengan visi Eugene yang menekankan pentingnya keseimbangan antara seni dan alam dalam karyanya.
Koleksi Seni dan Pengalaman Pengunjung
Museum ini akan menampilkan berbagai karya monumental Eugene Kangawa, termasuk instalasi terkenal seperti Golden Rain, Infinite Ocean, dan beberapa lukisan besar bercahaya yang telah memukau pengunjung di pameran internasional sebelumnya. Eugene dikenal karena eksplorasinya terhadap tema-tema eksistensial seperti cinta, cahaya, bayangan, serta hubungan antara manusia dan alam. Karya-karyanya sering kali berskala besar dan menciptakan pengalaman mendalam bagi para pengunjung yang mengajak mereka untuk merefleksikan kehidupan kontemporer yang kompleks.
Selain galeri seni, museum ini juga akan dilengkapi dengan restoran, perpustakaan, dan bahkan program menginap yang memungkinkan pengunjung untuk menikmati seni sepanjang hari hingga malam. Program-program ini bertujuan menciptakan pengalaman total yang mendalam, di mana seni, alam, dan arsitektur bersinergi untuk menghasilkan pengalaman unik dan transformatif.
Undangan oleh Art Jakarta, Pameran Seni Internasional Terkemuka di Indonesia
Sebelum pembukaannya pada tahun 2026, Eugene telah berpartisipasi dalam beberapa pameran seni internasional terkemuka, salah satunya adalah Art Jakarta, pameran seni terbesar di Asia Tenggara. Eugene diundang untuk memamerkan karya dari seri White Painting di pameran tersebut, sebagai bagian dari seleksi khusus “SPOT” yang menampilkan sepuluh seniman terpilih dari seluruh dunia.
White Painting adalah salah satu karya Eugene yang dimulai pada tahun 2017, di mana kanvas-kanvas diberi judul sesuai dengan nama individu yang berpartisipasi dalam proyek ini dengan mencium kanvas tersebut. Karya ini terbagi menjadi dua versi, yaitu versi yang dilakukan di ruang publik dan versi yang lebih intim, berfokus pada keluarga tertentu. Hingga kini, lebih dari 600 orang dari berbagai negara telah berpartisipasi dalam proyek ini. Pameran di Jakarta ini menandai debut White Painting di Asia Tenggara.
Selain menjadi ruang bagi pameran seni, museum ini juga akan berdampingan dengan sekolah internasional yang siap menjadi pusat pendidikan baru di Asia. Program pendidikan ini dikembangkan melalui kolaborasi dengan berbagai negara tetangga, bertujuan untuk memperkaya pendidikan seni dan budaya di kawasan ini.
Pengaruh Eugene Kangawa dan Studio Eugene
Eugene Kangawa adalah seniman kontemporer yang lahir di Amerika Serikat pada tahun 1989. Ia dikenal karena karya-karya instalasi dan lukisannya yang berskala besar serta eksplorasinya terhadap tema-tema seperti fisika, filsafat, dan hubungan manusia dengan alam. Sebagai pendiri Eugene Studio, ia telah mengadakan berbagai pameran bergengsi di seluruh dunia, termasuk di Museum Seni Kontemporer Tokyo, Museum Seni Abad 21 Kanazawa, dan Galeri Serpentine London.
Bersama timnya di Eugene Studio, Eugene juga aktif dalam penelitian dan pengembangan lintas disiplin, termasuk bioteknologi dan kecerdasan buatan. Eugene merasa sangat bersyukur atas kesempatan untuk mendirikan museum permanen di Bali, dan berharap museum ini dapat menjadi ruang penting untuk menjembatani komunitas global melalui seni.
Dengan konsep yang memadukan seni kontemporer, arsitektur modern, dan alam Bali yang mempesona, Eugene Museum Bali diharapkan menjadi destinasi seni yang mendunia. Museum ini tidak hanya berfungsi sebagai galeri seni, tetapi juga sebagai tempat untuk refleksi dan meditasi tentang kehidupan, budaya, dan hubungan manusia dengan alam. (Art Jakarta Media Release/Yudhi Hartomo)