Bencana Topan Yagi Vietnam : 141 Meninggal, Hanoi Terancam Banjir

MENGANCAM HANOI : Debit air Sungai Merah yang terus meningkat membuat Pemerintah Vietnam mengeluaran peringatan ancaman banjir di Hanoi.(baochinhphu.vn)


RUMAHJURNALIS.COM – Topan Yagi, badai terburuk di Asia tahun ini, telah menghantam Vietnam dengan dahsyat, menewaskan sekitar 141 orang hingga Rabu (11/9/2024) sebagaimana dilaporkan portal resmi Pemerintah Vietnam, baochinhphu.vn.

Hujan deras yang disebabkan oleh badai tersebut memicu banjir besar dan tanah longsor, mengubur rumah-rumah, menghanyutkan jembatan, serta menimbulkan ancaman serius bagi ibu kota Vietnam, Hanoi.

Di beberapa provinsi di utara Vietnam, termasuk di pinggiran Hanoi, warga terpaksa berjuang melewati banjir setinggi lutut. Aliran air cokelat deras mengalir di anak tangga trotoar, sementara warga berupaya menyelamatkan diri. Tanah longsor dan banjir yang dipicu oleh topan ini telah mengakibatkan 141 korban jiwa, sementara lebih dari 50 orang lainnya dinyatakan hilang, menurut Badan Penanggulangan Bencana Vietnam (Viet Nam Disaster and Dyke Management Authority).

Sebagian besar korban meninggal akibat tanah longsor dan banjir bandang. Lebih dari 764 orang dilaporkan terluka akibat bencana ini. Topan Yagi pertama kali menghantam pantai timur laut Vietnam pada Sabtu (7/9), merusak area industri dan pemukiman, serta menyebabkan curah hujan tinggi yang memicu banjir dan tanah longsor. Sebelumnya, topan ini juga menerjang Filipina dan Pulau Hainan di China selatan.

Reuters melaporkan seorang warga Hanoi bernama Nguyen Thi Tham (60) mengatakan bahwa dia harus meninggalkan rumahnya karena air banjir naik dengan cepat. "Saya hanya bisa membawa anjing saya," ujarnya melalui telepon, setelah dievakuasi dengan perahu ke tempat yang aman pada Selasa pagi. Namun, belum ada informasi pasti mengenai jumlah warga Hanoi yang harus dievakuasi.

Sejumlah sungai di wilayah utara Vietnam, termasuk Sungai Merah, dilaporkan telah mencapai ketinggian yang berbahaya, mengakibatkan banyak desa dan kawasan pemukiman terendam banjir. Di Provinsi Phu Tho, sebuah jembatan berusia 30 tahun yang melintasi Sungai Merah ambruk pada Senin (9/9), menyebabkan delapan orang hilang. Pemerintah kemudian membatasi lalu lintas di jembatan-jembatan lain di sepanjang Sungai Merah, termasuk Jembatan Chuong Duong, salah satu yang terbesar di Hanoi.

Pemerintah menggunakan pengeras suara untuk memperingatkan warga di Distrik Long Bien di dekat Sungai Merah agar waspada terhadap kemungkinan banjir dan bersiap untuk evakuasi.

Selain Hanoi, daerah industri seperti Bac Giang dan Thai Nguyen juga dilaporkan mengalami banjir parah. Bac Giang, salah satu pusat industri utama di Vietnam, telah mengevakuasi warganya dari daerah rawan banjir. Diperkirakan kerugian akibat bencana ini mencapai 300 miliar dong (sekitar Rp186 miliar), dan lebih dari 4.600 tentara dikerahkan untuk membantu evakuasi serta membantu korban banjir.

Provinsi Lao Cai tercatat sebagai wilayah dengan korban jiwa terbanyak, dengan 45 orang tewas dan 21 lainnya hilang, sebagian besar akibat tanah longsor, disusul Provinsi Yen Bai dengan 37 orang tewas, 3 korban hilang missing dan Provinsi Cao Bang dengan korban jiwa 29 orang tewas dan 23 lainnya hilang.

Sejauh ini, sekitar 162.828 hektar lahan pertanian dan 29.543 hektar tanaman pangan rusak, serta hampir 50.000 rumah hancur di Vietnam bagian utara. Pemerintah Vietnam juga telah meminta China untuk memberi peringatan sebelum melepaskan air bendungan di hulu, guna mencegah banjir yang lebih parah di wilayah hilir Sungai Merah.

Sementara itu, di Hanoi, beberapa sekolah telah memerintahkan siswa untuk belajar dari rumah karena khawatir banjir akan semakin meluas. Dengan air Sungai Merah terus naik 10 cm setiap jam, pemerintah Vietnam memperingatkan bahwa wilayah pusat kota Hanoi dapat terendam banjir dalam beberapa hari mendatang.(Yudhi Hartomo)