Belanda Belajar Pemberdayaan Disabilitas ke Sragen
SRAGEN - Pemberdayaan disabilitas di Kabupaten Sragen diapresiasi dan menjadi percontohan. Staf ahli Kantor Staf Presiden (KSP) dan Non Government Organization (NGO) Liliane Found Belanda sempat melihat dari dekat pemberdayaan disabilitas di Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Senin (19/8/2024).
Tenaga Ahli Madya Bidang Penyandang Disabilitas KSP, Sunarman Sukamto mengatakan, kehadirannya dan rombongan di Sragen untuk memastikan anggaran dan regulasi pemerintah pusat bisa menyentuh masyarakat bawah termasuk disabilitas. Terutama terkait pengawalan Undang-Undang Desa dan Dana Desa (DD).
Pihaknya sempat mendapat informasi di Kecamatan Sambungmacan Sragen, seluruh desanya sudah memberikan dukungan penganggaran dan pemberdayaan. Salah satu desa yang mengawali adalah Desa Bedoro. "Laporan itu bukan isapan jempol, kades dan masyarakat sudah menyampaikan upaya peningkatan dan pemberdayaan penyandang disabilitas di desa,” ujarnya.
Melihat berbagai program pemberdayaan disabilitas di Desa Bedoro, Sunarman mendorong untuk menjadi model wilayah lain dalam membangun kesadaran dalam pemberdayaan. Apalagi jumlah desa di Indonesia sebanyak 74 ribu. "Inspirasi dan informasi dari desa Bedoro akan jadikan bahan untuk membuat kebijakan yang lebih baik di pemerintah pusat," jelasnya.
Sementara perwakilan NGO Liliane Found, Willie Houben menyampaikan kehadirannya ke Sragen untuk belajar. Dia melihat contoh pemberdayaan untuk disabilitas di desa. Sejauh ini pengamatannya sangat baik. ”Kita akan duplikat atau tiru program pemberdayaan yang dilakukan di desa lain,” ujarnya.
Pihaknya tidak hanya melakukan pemberdayaan di Indonesia, namun juga di negara lain yang mulai berkembang. Lantas contoh yang diambil dari Indonesia mungkin bisa diterapkan negara lain. Dia sendiri berkeliling di negara dengan perekonomian menengah seperti di wilayah Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
Sementara Kades Bedoro, Pri Hartono menuturkan kedatangan tamu dari Belanda dan KSP ingin melihat pemberdayaan disabilitas di Desa Bedoro. Lantaran sempat mendapatkan penghargaan dari kementerian desa beberapa waktu lalu "Kami bersama teman-teman disabilitas koordinasi dengan baik. Dari 2016 sampai sekarang, mereka bisa mendapatkan hak yang layak. Program yang didukung seperti mengoptimalkan keahlian mereka. Seperti pembuatan batu bata, peternakan bebek, sapi, UMKM," tandasnya.
Dia menyampaikan penyandang disabilitas yang terdaftar di desanya adalah sebanyak 48 orang. Namun yang aktif sejauh ini baru 24 orang. "Alhamdulillah karena kemauan mereka sendiri, merasa sudah mandiri. Beberapa dari mereka memutuskan mengembalikan kartu JKN," tambahnya. (Raffi Arkana)