Bangun Bendungan Tanpa Fishway, Ikan Indonesia Bisa Punah
RUMAHJURNALIS.COM - Pembangunan bendungan yang baik ternyata tidak hanya asal kokoh dan dapat menampung stok air dalam jumlah yang besar, namun juga harus menyediakan jalur migrasi ikan. Jalur migrasi ikan atau fishway adalah jalur yang dilintasi ikan untuk mencari lokasi yang penting untuk melengkapi siklus hidupnya yakni untuk mendapatkan makanan dan untuk pengasuhan anakan atau reproduksi.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Konservasi Sumberdaya Laut dan Perairan Darat BRIN Dwi Atminarso, pada acara Science Talks bersama BRIN TV, di Gedung ICC, Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, dalam rangkaian kegiatan Indonesia Research and Innovation Expo 2024, Sabtu (10/8/2024) menuturkan bahwa banyak spesies ikan di Indonesia bermigrasi, baik jarak pendek antara sungai utama dan rawa banjiran, maupun jarak jauh antara hulu sungai dan laut hingga mencapai ribuan kilometer. Ikan biasanya bermigrasi karena kebutuhan makanan atau reproduksi, meskipun terdapat alasan lain yang tidak diketahui dan perlu pengkajian lebih dalam.
“Beragam migrasi ikan itu tergantung dari kebiasannya. Ada yang bermigrasi pendek, ada yang bermigrasi jauh, bahkan ada yang sampai ke laut dalam,” kata Dwi sebagaimana dikutip brin.go.id.
“Bisa saja bermigrasi sampai ribuan kilo meter, dari hulu sungai yang kecil arus deras sampai ke laut dalam untuk menetaskan telurnya. Kemudian ikan-ikan anakan ini akan kembali ke sungai semula. Ketika sungai berubah dan terputus jalur migrasi, maka lama-lama anakan barunya akan musnah,” jelas Dwi.
Ketiadaan jalur migrasi ikan pada bendungan, mengakibatkan pergerakan ikan dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya menjadi terputus. Kondisi itu sangat mengancam populasi dan keberagaman jenis ikan karena menghambat proses perkembangbiakan dan bahkan bisa menuju kepunahan.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman spesies ikan nomor dua tertinggi di dunia, dan secara densitas ikan adalah tertinggi di dunia. Terdapat sekitar 1.172 spesies ikan air tawar dan sebanyak 630 spesies di antaranya berstatus endemik, hanya ada di Indonesia.
Sayangnya saat ini masih banyak bendung/bendungan yang sudah terbangun tetapi tidak menyediakan fishway sehingga kekayaan ikan tersebut semakin terancam.
“Ada banyak permasalahan terkait dengan pembangunan bangunan melintang sungai seperti bendung/bendungan, salah satunya adalah terputusnya hubungan hulu dan hilir sungai serta laut. Kedua, ikan-ikan akan banyak masuk ke dalam saluran irigasi karena saluran ini menyedot air yang sangat besar, sehingga sebagian besar arus akan masuk ke sana dibandingkan ke sungai utama,” jelas Dwi.
“Oleh karena itu, ikan akan masuk ke lingkungan yang salah di saluran irigasi dan saat musim kemarau banyak ikan akan mati,” kata Dwi.
Dwi menjelaskan bahwa sampai saat ini di Indonesia terdapat 5 lokasi pembangunan fishway, yaitu di Bendung Perjaya, Sungai Komering di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatra Selatan yang dibangun pada 1991, yang merupakan “copy paste” dari fishway yang ada di Jepang.
Yang berikutnya di Bendung Batanghari, di sungai Batanghari, Dharmasraya Sumatra Barat sekitar tahun 2000 awal. Kemudian di Bendung PLTA Poso 1 di Sulawesi Tengah, dan Bendung PLTA Poso 2 di Sulawesi Tengah, serta di Bendung Caringin di Sungai Cibareno, Kabupaten Sukabumi (sedang dibangun).Pemda Sukabumi juga telah menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No. 1 tahun 2023 tentang pengelolaan perikanan, di mana, setiap ada bangunan melintang perlu menyediakan fishway.
Idealnya, pembangunan bendungan perlu memastikan konektivitas sungai agar dapat mendukung konservasi sumber daya ikan air tawar. Oleh karena itu, pembangunan fishway harus dirancang, direncanakan, dan dibangun bersamaan dengan pembangunan dari suatu bendungan. Sehingga, fishway bisa akurat sesuai dengan kebutuhan ikan-ikan lokal.
Sejauh ini, setidaknya telah ada 6 jenis desain fishway yang tersedia di dunia. Diperlukan kajian yang komprehensif terkait jenis ikan, ukuran ikan, kemampuan berenang dan karakteristik hidrologi sehingga desain yang dipilih akan efektif, untuk memudahkan ikan bermigrasi melewati bendungan.
“Saat ini yang menjadi ‘PR’ besar dalam pengembangan teknologi fishway ini adalah masalah regulasi atau aturan, karena otoritas pembangun infrastruktur air hanya mengikuti aturan yang ada. Meskipun fishway penting disediakan, namun jika belum ada aturan yang mewajibkan, maka mereka tidak akan membangun,” beber Dwi.
Penyediaan fishway sudah diterapkan di Amerika dan negara-negara maju, seperti negara-negara di Eropa dan Australia. Mereka menyadari bahwa menjaga keanekaragaman hayati ikan sangat penting, sehingga ketika membangun bendungan harus dibuatkan fishway.(Yudhi Hartomo)